Rabu, 17 Oktober 2012

Manfaat Kina (Cinchona ledgeriana Moens) Sebagai Obat Malaria


Sejarah Singkat
Kina merupakan tanaman obat berupa pohon yang berasal dari Amerika Selatan di sepanjang pegunungan Andes yang meliputi wilayah Venezuela, Colombia, Equador, Peru sampai Bolivia. Daerah tersebut meliputi hutan pada ketinggian 900-3.000 m dpl. Bibit tanaman kina yang masuk ke Indonesia tahun 1852 berasal dari Bolivia, tetapi tanaman kina yang tumbuh dari biji tersebut akhirnya mati. Pada tahun 1854 sebanyak 500 bibit kina dari Bolivia ditanam di Cibodas dan tumbuh 75 pohon yang terdiri atas 10 klon. Kina dikenal di daerah-daerah dengan sebutan kina, sinkona kina merah, kina kalisaya dan kina ledgeriana.
Dahulu pembudidayaan tanaman kina dilakukan oleh perkebunan-perkebunan orang Eropa. Perkebunan kina rakyat terdapat di daerah Priangan (Jawa Barat), Sumatera Barat, Nusa Tenggara Barat dan Papua. Budidaya tanaman kina oleh rakyat biasanya dilakukan di tanah-tanah bekas perkebunan kopi milik pemerintah yang diserahkan kepada rakyat. Indonesia merupakan penghasil kina terbesar didunia.
Klasifikasi
Kingdom       : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi  : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi              : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas              : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas      : Asteridae
Ordo              : Rubiales
Famili            : Rubiaceae (suku kopi-kopian)
Genus            : Cinchona
Spesies          : Cinchona ledgeriana
Moens
Deskripsi
Tinggi pohon antara 4-10 m, cabang berbentuk segi empat, berbulu halus. Daun berbentuk elips hingga lanset, bagian pangkal lancip dan tirus, ujung daun lancip dan jorong, helaian daun tipis, berwarna ungu terang tetapi daun muda berwarna kemerahan, tangkai daun tidak berbulu, berwarna hijau atau kemerahan, panjang tangkai 3-6 mm. Ukuran daun panjang 25.5-28.5 cm, lebar 9-13 cm, namun adakalanya panjang 7 cm dan lebar 2 cm. Daun penumpu bundar sampai lonjong panjang 17-2 mm dan tidak berbulu. Mahkota bunga berwarna kuning agak putih dan berbau wangi, bentuk melengkung dengan ukuran panjang 8-12mm. Panjang malai 7-18 cm dan gagang segi empat sangat pendek dan berbulu rapat. Kelopak bunga bentuk limas sungsang 3-4 mm, tabung tebal ditutupi bulu warna putih, tabung mahkota bunga bagian luarnya berbulu pendek tapi bagian dalamnya gundul dengan 5 sudut. Tangkai sari tidak ada. Buah lanset sampai bulat telur denga ukuran panjang 8-12 mm dan lebar 3-4 mm. Biji lonjong sampai lanset panjang 4-5 mm.
Senyawa Alkaloid Kina dan Manfaatnya terhadap Penyakit Malaria
Sejak tahun 1863 malaria telah dapat diatasi dengan getah pohon Cinchona, yang lebih dikenal dengan kina (quinin) yang sebenarnya beracun dan menekan pertumbuhan protozoa dalam sel darah. Kina (C. ledgeriana) merupakan tanaman industri penghasil senyawa alkaloid yang dapat digunakan dalam industri farmasi, kosmetik, industri makanan dan minuman serta agrokimia lainnya. Senyawa antimalaria tertua (tahun 1820) untuk mengobati demam malaria adalah kulit pohon kina (C. ledgeriana).
Gambar 1. Struktur kimia quinin
Quinin merupakan alkaloid penting yang dapat diperoleh dari kulit pohon sinkona atau kina dan termasuk golongan kuinolin methanol yang memiliki:
1. Spektrum Afinitas Obat
a. Skizontosida darah
Quinin aktif sebagai skizontosida darah terhadap semua jenis Plasmodium. Senyawa ini digunakan untuk kasus kegagalan pengobatan malaria tanpa dan dengan komplikasi.
2. Gametositosida
Bersifat gametosida terhadap stadium gametosit P. vivax, P. malarie dan P. ovale.
 Farmakokinetik
Setelah melewati lambung, kina dengan cepat dan sempurna diserap oleh usus halus, kemudian sebagian besar (sekitar 70%) beredar dalam bentuk basa yang terikat pada protein plasma. Konsentrai puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 1-3 jam setelah dosis pertama. Kontraksi dalam eritrosit seperlima konsentrasi dalam plasma. Kina cepat melewati barrier plasenta dan dapat ditemukan dalam cairan serebropinal. Sebagian besar kina dimetabolisir di dalam hati dalam waktu 10-12 jam dan dieskresikan melalui urin.
5. Toksisitas dan Efek Samping
Dosis tunggal > 3 g dapat menyebabkan timbulnya intoksikasi akut, didahului dengan gejala depresi sususnan saraf pusat dn kejang hingga kematian. Gejala lain yaitu hipotensi, cardiac arrest (gagal jantung) dan gangguan penglihatan hingga kebutaan.
Pada pemakaian dosis harian, yaitu antara 600-1.500 mg akan menyebakan timbulnya beberapa gejala sebagai berikut:
a. Sindrom Cinchonism: tinitus/telinga berdenging, gangguan pendengaran, serta vertigo/pusing. Gejala ini biasanya timbul pada hari kedua, walaupun demikian pengobatan harus tetap dilanjutkan.
b. Gangguan pada jantung dan peredaran darah, gastrointestinal, serta sistem saraf pusat akibat akumulasi obat per oral atau pemberian per infus yang berleihan. Hipotensi berat juga dapat terjadi bila pasien diinjeksi terlalu cepat.
Hipoglikemis terjadi pada infus kina, hal ini disebabkan obat akan menstimulasi sekresi insulin oleh sel β pankreas terutama pada ibu hamil.
Penanganan: Tidak ada zat penangkal bagi kina, sehingga penanganan dilakukan secara simptomatis.
6. Kontra Indikasi: idiosinkrasi, riwayat black water fever.
7. Interaksi Otot
Kina tidak boleh diberikan bersama dengan obat antimalaria lain, sperti amiodarane dan flecanide. Resiko aritmia ventrikuler meningkat jika diberi bersama dengan antihistamin seperti tefenadin, antipsitotik seperti pimozide dan thioridazine. Simetidin akan menghambat metabolisme kina. Rifampicin akan menurunkan konsentrasi plasma kina, sehingga akan meningkatkan angka kegagalan pengobatan.
8. Formulasi Obat
a. Tablet berlapis gula, 222 mg kina sulfat.
b. Injeksi: i ampul 2 cc kina dihidroklorida 255 setara dengan 500 mg.
Contoh: Kina Sulfat haeptahidrat 2 mg/tablet salut
Kemasan: tube 10 tablet; dos 12 tablet; botol 1000 tablet.